HEALTHCARELAWSUIT — JAKARTA – Dalam lanskap global yang kian rentan terhadap krisis kesehatan lintas batas, mengecualikan Taiwan dari sistem kesehatan dunia seperti WHO bukan hanya keputusan politis, melainkan ancaman nyata bagi kesiapan kita menghadapi pandemi berikutnya.
Hal ini seiring dengan dunia menghadapi tantangan yang kian kompleks, mulai dari perubahan iklim, wabah penyakit menular, hingga ketimpangan akses layanan kesehatan, kolaborasi global bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Namun ironisnya, menurut catatan Bruce Hung, Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO), ada satu faktor penting dengan pengalaman dan kapabilitas kesehatan publik yang mumpuni justru terus tersisih dari percaturan resmi kesehatan global, yakni Taiwan.
Batas Negara Tak Berlaku bagi Virus, Lalu Mengapa Berlaku bagi Solidaritas Kesehatan?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai badan kesehatan terpenting di dunia, memiliki mandat untuk menjamin hak kesehatan bagi seluruh umat manusia. Namun realitas politik internasional justru menghambat prinsip inklusivitas ini.
Taiwan, dengan populasi lebih dari 23 juta jiwa dan sistem kesehatan yang terbukti efektif, telah lama dikecualikan dari partisipasi penuh dalam WHO dan Majelis Kesehatan Dunia (WHA), hanya karena tekanan politik dari Tiongkok.
Perlu dicatat, tidak ada satu pun resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara eksplisit menyatakan Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok ataupun memberi mandat kepada Beijing untuk mewakili Taiwan di forum kesehatan global.
Pengecualian ini bukan hanya menafikan hak kesehatan masyarakat Taiwan, tetapi juga menciptakan lubang dalam jaringan keamanan kesehatan global.
Dampaknya Bukan Hanya bagi Taiwan, Indonesia Juga Terpengaruh
Hubungan antara Indonesia dan Taiwan bukan hubungan yang kasat mata. Dengan lebih dari 400.000 warga negara Indonesia tinggal dan bekerja di Taiwan, serta 20.000 warga Taiwan bermukim dan berbisnis di Indonesia, keterkaitan kesehatan antarnegara tidak terhindarkan.
Ketika Taiwan dikesampingkan dari sistem informasi WHO, maka WNI di Taiwan juga turut kehilangan akses terhadap informasi kritis, terutama dalam masa darurat kesehatan.
Kerja sama nyata di bidang kesehatan sudah berjalan. Rumah sakit Taiwan seperti National Taiwan University Hospital dan Far Eastern Memorial Hospital telah menjalin kolaborasi dengan institusi medis Indonesia dalam pelatihan tenaga medis, pertukaran akademisi, dan riset klinis.
Bahkan, Taiwan juga siap berbagi teknologi seperti perawatan medis cerdas dan penggunaan kecerdasan buatan dalam layanan kesehatan, bidang yang sejalan dengan upaya digitalisasi medis Indonesia sejak 2022.
Jejak Taiwan dalam Solidaritas Kesehatan Global
Saat dunia dilanda COVID-19, Taiwan tak tinggal diam. Meski dikecualikan dari WHO, Taiwan tetap aktif membantu banyak negara, termasuk Indonesia, dengan menyumbangkan peralatan medis penting seperti ventilator dan tabung oksigen.
Taiwan juga mengembangkan sistem deteksi dini menggunakan big data dan kecerdasan buatan, yang terbukti efektif menekan laju penyebaran virus.
Tidak hanya itu, Taiwan telah menyesuaikan sistem kesehatannya dengan rekomendasi WHO, dari pelayanan kesehatan primer hingga pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
Taiwan adalah bukti nyata bahwa komitmen pada kesehatan global tak harus menunggu keanggotaan formal.
Saatnya WHO dan Dunia Bersikap: Kesehatan Tak Mengenal Politik
Tahun 2024 menandai babak baru dengan revisi Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) dan rencana pengesahan Pandemic Agreement.
Inilah momentum emas bagi WHO untuk menunjukkan bahwa organisasi ini sungguh berpegang pada prinsip profesionalisme dan inklusivitas.
Sudah saatnya dunia, termasuk Indonesia, bersikap lebih terbuka dan pragmatis dalam mendukung partisipasi Taiwan. Ini bukan soal geopolitik, melainkan kemanusiaan.
Ketika kita bersatu untuk visi “Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia”, tidak seharusnya ada pihak yang ditinggalkan.
Partisipasi Taiwan dalam WHO bukan hanya soal pengakuan, tetapi tentang memperkuat pertahanan kolektif dunia terhadap krisis kesehatan di masa depan.
Taiwan telah membuktikan diri sebagai mitra tepercaya dalam solidaritas kesehatan global.
Kini, dunia tinggal menjawab satu pertanyaan: Apakah kita cukup bijak untuk menyambut tangan yang terbuka demi keselamatan bersama?