HEALTHCARELAWSUIT — TERLALU lama duduk membuat otak menyusut? Apakah ini sebuah mitos ataukah fakta?
Sejumlah orang harus menghabiskan banyak waktu setiap harinya dengan berduduk. Hal itu dilakukan saat menjalani beragam aktivitas harian, seperti belajar, menyetir, hingga menjalani pekerjaan.

Duduk terlalu lama pun dinilai bisa menimbulkan hal yang kurang baik. Kegiatan ini bisa memberi dampak bagi kesehatan karena badan menjadi kurang bergerak.
Tak hanya pada tubuh, terlalu lama duduk juga dinilai bisa berdampak bagi kesehatan otak. Duduk terlalu lama bisa membuat otak menyusut. Benarkah demikian?
Terlalu Lama Duduk Membuat Otak Menyusut
Dilansir dari Neuroscience News, Kamis (22/5/2025), studi terbaru menyebutkan bahwa terlalu lama duduk bisa menyebabkan otak menyusut. Olahraga rutin pun belum tentu cukup mencegahnya.
Penelitian kolaboratif antara Vanderbilt University, University of Pittsburgh, dan Seoul National University menunjukkan perilaku tidak banyak bergerak yang berkepanjangan, khususnya pada orang di atas usia 50 tahun, bisa membuat penurunan kognitif dan penyusutan otak di wilayah yang rentan terhadap penyakit Alzheimer.
Bahkan, meskipun telah berolahraga secara teratur, seseorang yang menghabiskan waktu dengan lebih banyak duduk bisa dapat hasil kognitif yang buruk. Efeknya akan semakin terlihat kuat terhadap individu yang punya faktor risiko genetik utama untuk Alzheimer.
Dampak yang Ditimbulkan
Lantas, apa dampak yang ditimbulkan? Dampak yang hadir pada otak terhadap orang yang tidak banyak bergerak adalah penyusutan otak selama 7 tahun.
Para peneliti dari Pusat Medis Universitas Vanderbilt dan Universitas Pittsburgh menemukan bagaimana kebiasaan gaya hidup dapat memengaruhi kemungkinan terkena penyakit tersebut.

Menurut sebuah studi penelitian baru yang diterbitkan dalam Alzheimer’s & Dementia, para peneliti menemukan peningkatan perilaku tidak banyak bergerak, seperti waktu yang dihabiskan untuk duduk atau berbaring, pada orang dewasa dikaitkan dengan kognisi yang lebih buruk dan penyusutan otak.
Dalam studi tersebut, penelitian hubungan antara perilaku sedentary (gaya hidup kurang bergerak) dan neurodegenerasi dilakukan terhadap 404 orang berusia 50 tahun ke atas. Peserta studi mengenakan jam tangan yang mengukur aktivitas mereka secara terus-menerus selama seminggu.
Waktu sedentary mereka kemudian dikaitkan dengan kinerja kognitif dan pemindaian otak yang diambil selama periode tindak lanjut 7 tahun. Peserta yang menghabiskan lebih banyak waktu sedentary lebih mungkin mengalami penurunan kognitif dan perubahan neurodegenerative, terlepas dari seberapa banyak mereka berolahraga.
“Mengurangi risiko penyakit Alzheimer bukan hanya tentang berolahraga sekali sehari,” ujar ahli saraf dari University of Pittsburgh, Marissa Gogniat, dilansir dari Science Alert, Kamis (22/5/2025).
“Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk duduk, bahkan jika Anda berolahraga setiap hari, mengurangi kemungkinan terkena penyakit Alzheimer,” lanjutnya.
“Sangat penting untuk mempelajari pilihan gaya hidup dan dampaknya terhadap kesehatan otak seiring bertambahnya usia,” tutupnya.